Berdamai dengan Kegagalan



Sumber : Diambil dari Google, 2018
 

Saat di mana kita gagal dalam suatu proses, pilihan yang bijak adalah mencoba lagi pada saat ada kesempatan kedua. Mencoba dan mencoba. Pantang untuk menyerah. Selama ada niat dan kemauan untuk berusaha sudah pasti semesta akan mendukung manusia di dunia ini.

Itu idealnya. Tapi umumnya hati dan pikiran tak mudah untuk menerima kegagalan itu. Sulit untuk berdamai dengan diri sendiri. Bentar, yang dimaksud berdamai bukan kita menyerah ya, tapi kita terima itu sebagai kenyataan namun terus berjuang untuk merajut mimpi menjadi kenyataan. Ada beberapa point untuk bisa berdamai dengan kegagalan.

Pertama, percayalah bahwa setiap manusia memiliki jatah gagal yang perlu ditebus. Setiap orang memiliki jatah untuk gagal dalam suatu proses apapun. Saya tak paham juga apakah ini kita namakan takdir atau apa. Tapi biasanya selalu ada jatah sih. Menurut pengalaman, percobaan di awal umumnya pasti terjadi kegagalan meskipun sudah yakin benar akan berhasil. Namanya saja percobaan, seperti para tokoh penemu dunia yang gagal tapi sabar, walhasih sekarang kita nikmati juga buah karyanya.

So, pengalaman gagal di awal akan menjadi pelajaran yang sangat berharga. Buka hati dengan terbuka, tanyakan pada diri sendiri, sebab karena apa gagal?. Saya yakin, bahwa sukses itu belum sempurna tanpa pengalaman gagal. Anda tahu kenapa? Orang sekaliber Stive Jobs juga pernah gagal. Justru kegagalan itu yang akan mewarnai cerita hidupnya. Kadang gagal kadang berhasil, kadang di atas adakalanya juga di bawah.

Kedua, pastikan ini akan melejitkan semangat. Bagi saya sih ini untungnya kalau kita lagi gagal. Motivasi belajar karena kegagalan itu akan terpacu lagi. Apalagi kalau teman seperjuangan lulus dalam suatu seleksi kerja misalnya, sedang kita belum. Meskipun ucapan dan muka biasa saja, tapi hati membara untuk bisa berhasil pada kesempatan yang kedua. Ya Allah beri hamba peluang dikemudian hari.

Contoh yang lain, kita nembak seorang cewek karena cantik dan juga pintar. Hasilnya ditolak dengan mentah; tanpa alasan yang logis entah apa dan kenapa, tanpa basa-basi pakek pengantar dan penutup #sedih. Oke sudah. Sisi positif setelah kejadian itu yaitu adanya perubahan pada diri kita. Asalnya gak pernah baca-baca maka akan rajin baca. Meskipun cuma baca tips nembak cewek jitu ataupun pura-pura baca modul kuliah agar keliatan rajin. Selain itu mungkin juga akan tertantang untuk intropeksi diri, akhirnya akan selalu memastikan diri menjadi yang terbaik dalam setiap waktu dan kesempatan.
Hidup ini indah karena gak datar; penuh dengan dinamika yang mengesankan dan kadang juga memang menyakitkan ya?.

Ketiga, saat posisi lagi di bawah biasanya akan menjadi pembelajar yang baik. Kecendrungan orang yang kurang beruntung adalah peka. Peka pada apapun, kepada diri sendiri untuk terus berbenah. Mengapa? Karena kita ada pada zona yang gak nyaman, berbeda dengan orang yang di zona nyaman. Umumnya sih lupa orang lain, begitu?. Entahlah, mungkin sebagian besar itu adanya.

Keempat, Tuhan tahu tapi menunggu waktu yang tepat untuk kita. Ini kalimat adopsi dari para jomblowers; katanya sih jodoh itu Tuhan yang menentukan. Sama, untuk peluang yang kita gagal raih juga karena belum waktunya. Karena waktu terus berjalan tanpa henti maka kita harus menyesuaikan dengan gerak waktu; juga berjuang tanpa henti.

Yap. Itulah beberapa hal yang saya rasakan saat gagal dalam seleksi enumerator riset di Jogja. Berharap ada kesempatan lagi, saya akan coba dan coba.
Berdamai dengan Kegagalan Berdamai dengan Kegagalan Reviewed by Robi on 08:26:00 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.