Kampus, Lokasi Idealisme




Idealisme yang tetap utuh adalah sungguh perjuangan, khususnya bagi Anda sebagai mahasiswa yang sudah akan lulus tahun ini atau bahkan bulan ini. Di samping bulan pengeluaran, Agustus juga adalah penerimaan siswa untuk menjadi maha(siswa) baru. Di sinilah siklus pembentukan pribadi yang ideal terjadi di kampus-kampus.

Tentang mahasiswa, banyak elemin mengakui, mahasiswa adalah sekelompok kaum netral pembela rakyat tak berdaya. Disaat pejabat sibuk dengan urusannya masing-masing, mahasiswa sibuk berpikir rakyat kecil. Seolah tak rela jika kebijakan merugikan rakyat kecil. Mereka membela mati-matian demi dan atas nama rakyat. Sikap moral ini dibuktikan dengan gerakan nyata menuntut kebijakan yang merugikan pihak rakyat. Tak kenal panas, kemudian keringat bercucuran di bawah terik matahari. Mereka tetap saja berteriak menyuarakan keadilan, kebijaksanaan, dan kesejahteraan untuk rakyat. Bahkan mereka rela berkorban nyawa untuk membebaskan rakyat dari belenggu kesengsaraan. Begitu citra mahasiswa yang kita tahu. 

Masih banyak lagi citra yang kita tahu tentang mahasiswa. Suara mahasiswa berdampak nyata bagi perubahan negeri ini. Mahasiswa telah membuktikan nyalinya. Orde lama runtuh akibat gerakan mahasiswa menuntut Presiden Soekarno lengser dari tampuk kekuasaannya. Setelah berkuasa lebih dua dekade, dan dirasa tidak sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Begitu pula orde baru runtuh akibat gerakan mahasiswa. Kekompakan semua elemin kampus memberi dampak signifikan mereformasi negeri antah berantah ini. Sehingga tanggal 21 Mei 1998 klimaks perjuangan kaum muda dalam meraih mimpi indah telah tampak. Yaitu selesainya rezim otoriter menjadi demokratis. Atau demokrasi semu menjadi demokrasi liberal. Toh walaupun ada banyak lubang untuk kita tutup bersama.

Keberhasilannya menaruh harap bagi perjuangan bangsa selanjutnya. Setelah bangsa ini hanyut dalam arus politik dramatis, maka harapan besar bertumpu kepada kaum intelektual muda untuk mereformasi segala kebijakan menjadi pro rakyat, bukan demi kepentingan kelompok apalagi individu. Harapan ini begitu besar tiada duanya, kepada mahasiswa negeri ini menaruh harap.

Secara historis, sepak terjang mahasiswa menuai prestasi membanggakan. Namun banyak pula yang menagih, kenapa tidak untuk hari ini? Di tengah kepiluan menghadapi problem yang semakin akut, entah namanya korupsi, oligarki politik, ketidak beresan hukum, perselisihan antar elit tak berkesudahan, sampai pada ledakan kekerasan yang menghantui ketentraman masyarakat. Sederet persoalan ini segera diselesaikan, tentu butuh gerakan dan pemikiran cerdas akademisi. Dan memang itu adalah tugas besar semua elemin yang ada dalam lingkaran kampus. 

Sederet persoalan tadi, menandakan perjuangan reformasi belum usai. Perjalanan waktu sejak reformasi 1998 sampai hari ini baru berkisar pada prosedur politik yang lebih demokratis, belum pada substansi dari sistem tersebut. Keberhasilan ini setidaknya adalah awal proses kepada yang lebih baik. Dalam arti, demokrasi yang kita jalani hari ini masih dalam proses adaptasi dan pembelajaran. Karena sebagai proses, maka butuh pantauan akademisi dengan pemikiran yang kritis-solutif.

Apa yang telah akademisi sumbangkan jauh sebelum ini sudah ada hasil mencapai kesempurnaan. Kesempurnaan bersifat relatif, sempurna tidak ada ukuran pasti dan konkrit. Namun membandingkan satu dengan yang lainnya, cara termudah mengukur suatu keberhasilan. Transisi sistem politik misalnya, sistem pemilihan sekarang tentu lebih baik dibanding Orba. Persoalan output, beda lagi. Kita butuh waktu untuk melahirkan pemimpin pro-rakyat, untuk melahirkan sebuah sistem negara yang adil dan beradab.

Permasalahannya, terjadi perubahan peran akademisi untuk menjadi pembela sejati, pun gerakan mahasiswa sudah mulai pupus. Ini memang anggapan, saya merefleksikan dari hasil riset selama tiga tahun di kampus tempat saya belajar. Karena dinamikanya akan selalu tak sama pada setiap kampus. Saya belum dapat memberikan kesimpulan, entah sebab apa mereka kurang peka terhadap problem bangsa ini belakangan ini.

Politik Pasca Kampus. Jalur perpolitikan memang menarik dan penuh intrik. Di sini idealisme (alumni) mahasiswa diuji, seberapa kuat bertahan tidak terseret arus deras. Dinamika politik, di manapun itu, tak jauh beda: sama hitamnya. Hiruk pikuk perpolitikan sarat godaan yang menggiurkan. Kita berpikir, seolah tidak mampu lepas dari jerat sistem politik yang hitam. Permainan uang dan kekuasaan sudah lumrah terjadi, apalagi mendekati pemilu, seperti jamur di musim hujan.

Arus hilangnya kepercayaan masyarakat berawal dari peran akademisi dalam politik yang berujung masalah lama, korupsi. Sudah tak perlu saya tulis faktanya di sini, nanti takut Anda teralu benci dengan akademisi. Masa lalu yang terlalu buruk cukup dijadikan pelajaran, lalu tutup rapat-rapat. Tapi saya juga yakin Anda akan adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan; bahwa tak semua akademisi buruk. Bagi saya, koruptor yang berasal dari kampus itu pengecualian, seperti penyakit aneh dalam tubuh. 

Kemudian, mari kita refleksi bersama. Sebagai mahasiswa atau alumni mahasiswa (tapi bukan alumni pembelajar, karena selama masih ada nyawa kita selalu sebagai seorang pembelajar), pada saat masuk pada pusaran sistem yang tak karuan ini apakah juga ikut acak-acakan. Apakah salah sistem? Ada benarnya, namun sampai kapan sistem akan berubah jika tidak dimulai untuk diubah. Dan siapa yang akan mengubah kalau bukan mahasiswa? Kalau bukan Anda di pihak pembelajar?.

Hidup para mahasiswa baru, kampus adalah lokasi tempat membentuk idealisme yang se ideal-ideal-nya. Meraih peluang belajar yang seluas-luasnya. Percayalah, selama masih hidup dalam kampus, tantangan tak akan seberapa bila dibanding dengan kehidupan di luar kampus. Serunya partai mahasiswa tak akan serumit parpol di kabupaten Anda di lahirkan. Korupsi kecil-kecilan di organisasi mahasiswa tak akan sebesar korupsi kecil-kecilannya di kelurahan tempat Anda berada. Yakin, masalah yang komplit adalah di luar tempurung, di alam bebas ini. Tugas kita sebagai mahasiswa adalah menjadi pribadi tangguh, siap menjadi agen of change.

Sumenep, 21 Juli 2016
Kampus, Lokasi Idealisme Kampus, Lokasi Idealisme Reviewed by Robi on 15:48:00 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.