Mimpi Itu Akhirnya Terkabul


Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu. (Andrea Hirata: Sang Pemimpi).

Saya sempat berangan mempunyai Indeks Prestasi Komulatif (IPK) comloade enam bulan yang lalu, bertepatan saat libur semester satu pertengahan Januari 2013 silam. Mimpi itu sekarang terkabul, di semester dua ini. Alhamdulillah: ucapan rasa syukur saya kepada sang pemberi petunjuk dan jalan bagi hambanya. Sujud syukur saya lakukan saat melihat IPK sampai angka 3,60. Semua ini adalah tantangan dan perjuangan yang cukup besar saya kira. Mendongkrak IPK dari 3,43 (waktu semester satu) menjadi 3,60 bukan hal yang mudah—dalam kemampuan saya.

Harapan itu muncul karena nilai semester satu tak sesuai prediksi. Saya meramal akan mempunyai IPK dengan pujian (comploade) saat semester satu. Percaya diri ini muncul berdasarkan proses yang (menurut saya) sudah maksimal. Namun, kenyataan tak seirama dengan angan, sangat jauh dari apa yang saya kira sebelumnya.

Misal, Bahasa Inggris saya mendapat nilai “C”. Huruf yang cukup dibenci oleh mahasiswa. Siapapun orangnya. Ketika dalam     Dokumen Hasil Studi  (DHS) terdapat huruf yang satu ini, dipastikan geleng-geleng kepala. Betapa tidak, itu menunjukkan dia—besar kemungkinan—harus ngulang pada tahun berikutnya. Sama seperti yang saya alami pada waktu membuka Siakad (Sistem Informasi Akademik): Melihat nilai “C” tetulis dalam laman DHS langsung tak berdaya, pikiran benar-benar kacau.

Rasa kecewa mulai muncul dalam pikiran, rasa “tak terima” bergelora di setiap ruang dan waktu. Jujur, ketidakterimaan itu bukan kepada dosen yang telah memberi nilai kepada saya, atau kepada teman sekelas yang (rata-rata mereka) dapat nilai bagus. Tidak, sama sekali tak sampai kesana. Dan memang tidak seharusnya begitu. Rasa ketidakterimaan itu lebih kepada diri saya sendiri.

Sejak itu, semangat membara dalam jiwa ini. Barangkali, rasa malu kepada diri sendiri yang menyebabkan semangat itu muncul. Malu dilihat orang tua, teman dan dosen. Saya akan tunjukkan pada semester dua, di tahun 2013 ini saya mampu mendapat nilai yang terbaik.


“Aku bermimpi, maka aku ada”. Kalimat yang saya kenal sejak Sekolah Menengah Atas. Pernyataan ini sangat relefan dengan pengalaman yang saya tulis tadi. Rupanya, kita harus bermimpi meski sulit dicapai, atau mustahil. Tak ada salahnya, atau tidak masalah kita mempunyai cita-cita diluar batas kemampuan saat ini. Siapa tahu, mimpi itu adalah doa yang akan dikabulkan oleh sang pencipta. Dalam bahasa Andrea Hirata—Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.

Disamping itu, melalui mimpi kita memiliki kekuatan. Menurut Prof. Dr. Roy Sembel setidaknya ada tiga (3) kekuatan. Pertama kekuatan motivasi. Mimpi mampu memberikan kita motivasi untuk berencana, bertindak, dan mengatur strategi. Dengan memiliki mimpi kita terpacu berusaha memulai langkah pertama menuju sukses yang kita impikan.

Kedua, kekuatan arah. Selain mampu memberikan motivasi yang kuat untuk bertindak, mimpi yang terperinci juga mampu memberikan arah yang jelas ke mana kita harus melangkah. Dan yang ketiga kekuatan menggulirkan perubahan. Tanpa mimpi tak akan ada perubahan. Mimpilah yang membuka jendela ke perubahan positif di masa depan. Melalui mimpi kita bisa melihat masa depan seperti apa yang ingin kita ukir. Gambaran perubahan positif di masa depan inilah yang akhirnya mendorong kita mewujudkan perubahan tersebut.

Dengan demikian, menjadi nilai plus saat manusia berani bermimpi, optimis menggantung cita-nya setinggi mungkin, tak gentar oleh rasa psimisme karena kekurangan yang ada. Dan bermimpilah, tentu untuk kemudian mampu direalisasikan. Selamat bermimpi dan sukses untuk kita semua.

Jogja, 3 Juli 2013
Mimpi Itu Akhirnya Terkabul Mimpi Itu Akhirnya Terkabul Reviewed by Robi on 23:03:00 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.