Belajar Berdemokrasi


Beberapa waktu yang lalu telah berlangsung pemilihan mahasiswa (Pemilwa) di kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tingkat universitas dan tingkat fakultas (11 Desember 2013). Kegiatan tersebut menjadi jembatan terpilihnya pemimpin kita di kampus selama satu tahun kedepan. Baik tingkat jurusan, fakultas, dan univesitas.

Mereka terpilih secara mayoritas, artinya sesuai dengan harapan serta keinginan mayoritas para pemilih di lingkungan kampus UNY. Dengan kalimat lain, kita telah menjalani suatu proses demokratisasi guna mengejawantahkan pendapat secara berkala dan berkesinambungan melalui pemilihan umum. Karena pemilu adalah ornamen penting dalam modernitas politik.

Pemilu menjadi media berdemokrasi, yaitu mampu menekankan pada suatu nilai atau budaya yang memungkinkan rakyat bisa memiliki kedaulatan dalam arti yang sesungguhnya.

Hakikat demokrasi. Inti dari demokrasi adalah (1) pemerintahan oleh rakyat (via pemilu); dan karena itu (2) penguasa terpilih tidak boleh lepas dari dan harus terbuka terhadap kritik pihak yg memilihnya (yaitu rakyat); dalam hal ini kritik rakyat (via media, blog, milis atau sms) dianggap sebagai pilar utama ke-empat demokrasi; (3) freedom of speech/expression yg bermakna rakyat bebas mengatakan apapun yg mereka mau, selagi hal itu tidak merusak atau mengganggu keamanan rakyat yg lain.

Oleh karena itu, spirit demokrasi menuntut penguasa untuk berusaha keras berlapang dada menerima kritik dalam bentuk apapun: konstruktif maupun destruktif; halus maupun kasar; langsung atau “tembak-samping”.
Itulah konsekuensi seorang pemimpin demokratis: merelakan dan membiasakan perasaan anda menerima apapun yg dikatakan rakyat; membiasakan membuka kuping lebar-lebar terhadap pujian dan makian. Bila anda lulus, anda akan jadi pemimpin besar dan seorang demokrat sejati. Bila anda tidak kuat dan anda melakukan pelarangan/pemboikotan sana sini, maka anda akan jadi pemimpin kecil dan kerdil yg akan terbenam di kompetisi kepemimpinan nasional kelak.

Pada sisi lain, rakyat juga musti tahu diri dalam mengutarakan kritiknya. Harus bisa membedakan mana masalah besar dan masalah kecil. Mana masalah yg menyangkut kepentingan umum dan pribadi. Sebab, bila semua hal (kecil/besar; kepentingan umum/pribadi) kita kritik, kita akan dianggap orang yg cerewet; bukan kritis. Bila ini terjadi, maka kredibilitas kitapun akan jadi korban.

Atas semua itulah, proses pembelajaran demokrasi perlu terus menerus dilakukan untuk mencapai tingkat kematangan tertentu. Itulah sebabnya proses pembelajaran atas demokrasi layak terus dilakukan dalam segala ruang dan waktu.
Belajar Berdemokrasi Belajar Berdemokrasi Reviewed by Robi on 19:05:00 Rating: 5

1 comment:

Anonymous said...

How to Make Money from Online Casinos: 20 Easy Ways To Make Money
The Best Online Casinos · 1. Ignition Casino · 2. Bovada Casino · 3. InterTops septcasino Casino · 4. Red หาเงินออนไลน์ Dog Casino deccasino · 5. Casimba Casino

Powered by Blogger.